Jumat, 21 Juni 2013

Inspirasi Masa Kecil..Noni

Dulu..dulu sekali pernah nulis tulisan ini.Terus sekitar tahun 2010-an coba masukin tulisan ini ke WSC Inspirational Public Figure dan nggak menang..hahaha..Tapi malem ini mau share lagi tulisan jadul ini karena akan berhubungan dengan update blog berikutnya. Please welcome.. Noni!!
Inspirasi Masa Kecil

Saya tidak tahu darimana awalnya muncul ketertarikan terhadap tokoh Noni dalam serial Noni karya Bung Smas. Satu- satunya yang saya ingat hanyalah bahwa buku terbitan tahun 1986 itu saya temukan di kamar bibi pada saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Perkenalan yang biasa saja memang, tapi dari buku tua yang diterbitkan pada saat saya baru berumur nol tahun itu telah membuat saya jatuh cinta pada sosok Noni. Sosok seorang gadis kecil beranjak dewasa yang terasa hidup dan nyata bahkan hingga saat ini. Noni begitu nyata dalam kesederhanaan hidupnya. 

Mungkin terlalu naïf kalau saya bersikap sok tahu dan seolah-olah sangat mengenal Noni. Padahal, sejujurnya dari serial Noni yang mungkin ada lebih dari sepuluh judul, saya hanya punya satu buku yaitu buku satu-satunya yang saya temukan di kamar bibi saya yang berjudul “Sandiwara Berdarah”. Tapi dari satu buku yang sudah saya baca berulang-ulang kali itu, saya merasa begitu mengenal Noni dan kehidupannya. Usaha untuk mencari lagi karya Bung Smas yang sudah hilang di pasaran itu bukannya tidak ada. Berulang kali saya berusaha mencari serial lain dari Noni di pasar-pasar yang menjual buku bekas di daerah Bandar Lampung, kota tempat saya berasal dan daerah Palasari di Bandung (yang merupakan kota tempat saya meneruskan pendidikan selepas SMA). 

Usaha lain adalah meminta tolong kepada teman saya di daerah Semarang untuk membantu mencari serial Noni lainnya. Mengapa Semarang? Karena dalam buku itu, Noni diceritakan tinggal di Jalan Subali Makam di Semarang. Sehingga saya berasumsi bahwa buku-buku Noni mungkin masih ada di Ibukota Provinsi Jawa Tengah itu. Tapi hasilnya tetap sama..nihil. Di lain waktu, saat saya mengunjungi Kota Yogyakarta untuk berlibur, Noni tetap jadi prioritas yang saya cari saat memasuki Shoping, yaitu tempat di dekat Benteng Vredeburg yang menjual buku-buku tua. Namun, lagi-lagi saya tidak berhasil menemukan Noni saya. Padahal di dalam Shoping saya banyak menemukan buku-buku tua lainnya yang umurnya sudah pasti jauh di atas Noni. 

Semua pencarian itu sampai saat ini belum berhasil membuat saya menemukan Noni dalam versi lain selain Noni versi “Sandiwara Berdarah”. Noni dalam versi Sandiwara Berdarah adalah buku anak yang kemudian menjadi inspirasi saya. Tokoh Noni sendiri adalah seorang gadis kecil yang beranjak dewasa. Gadis yang tomboy karena didikan keras dari Ayahnya dan juga menghabiskan sepanjang usianya bersama kedua orang kakak lelakinya. Namun bertolak belakang dengan sikapnya yang seperti anak lelaki, Noni juga gadis yang peka, peduli, dan sangat patuh kepada kedua orang tuanya. Benar-benar mewarisi kelembutan Ibunya yang seorang wanita Jawa. 

Noni memang keras kepala tapi dia keras untuk mempertahankan apa yang dia anggap benar. Penampilan Noni memang seperti anak laki-laki,selalu dengan kaos dan celana pendeknya bahkan dia memotong rambutnya dengan model Lady Di (istri Pangeran Charles yang memang sedang naik daun pada masa itu), dan bersikeras tidak mau memakai anting. Selain itu membetulkan genteng bocor dan menggali tanah untuk timbunan sampah sudah menjadi pekerjaan rutinnya. Namun, Noni tidak mengingkari kodratnya sebagai seorang wanita. Di rumah, dia tetap anaknya Ibu yang biasa melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu lantai, mencuci baju, dan lain-lain.

Noni banyak memberikan pembelajaran dalam kehidupan masa kecil saya yang pada akhirnya memberikan kesan mendalam dan memengaruhi cara berpikir saya. Kepedulian Noni kepada teman-temannya, kasih sayang Noni kepada keluarganya, kepercayaan Noni kepada sahabatnya yaitu Godek (yang merupakan buronan polisi) terasa begitu tulus digambarkan. Sehingga saat saya kecil bahkan hingga saat ini, bagi saya Noni adalah gambaran gadis kecil beranjak dewasa yang nyaris sempurna. Dia begitu baik. Walaupun keras kepala, sikapnya bisa menjadi sangat manis apabila berhadapan dengan orangtuanya sebagai bukti kepatuhan dan pengabdiannya. Dia adalah sahabat semua orang tanpa pernah membeda-bedakan, perhatiannya begitu tulus dan tidak berlebihan, selain itu yang sewaktu kecil sering membuat saya iri adalah Noni selalu mengalami hari-hari yang seru dan berwarna dengan semua kisah petualangannya dengan sahabatnya, Godek.

Seluruh aspek dalam buku Noni versi Sandiwara Berdarah merupakan inspirasi saya. Bung Smas telah benar- benar berhasil menghidupkan tokoh Noni menjadi sahabat anak-anak pada masa itu. Beliau yang mempunyai banyak “nama pena” ini (bahkan dalam sebuah artikel saya pernah membaca kalau ia bahkan sering lupa akan nama pena yang dipakainya) juga telah berhasil menghidupkan karakter “Pulung”(yang dihadirkan dalam bentuk serial juga seperti Noni). Ia banyak memengaruhi gaya penulisan saya. Gaya penulisannya yang apa adanya dan detail memudahkan saya untuk membayangkan seperti apa sosok Noni itu dan ikut masuk ke dalam seluruh kehidupannya bahkan bisa ikut membuat saya merasakan kesedihan yang Noni rasakan apabila dia sedang dalam masalah. Namun sayang, Bung Smas sang inspirasi itu ternyata masih tetap penuh misteri buat saya. Siapa nama sebenarnya pun saya tidak tahu. Yang saya tahu, saat ini Bung Smas menetap di Bekasi bersama istri dan kucing-kucingnya. (Itu saya ketahui dari blog Bapak Benny Rhamdani yang sangat-sangat beruntung mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan Bung Smas). Dari blog tersebut jugalah saya mendapat foto diri Bung Smas yang akhirnya menuntaskan rasa ingin tahu saya tentang sosok seorang Bung Smas. Terima kasih banyak buat Pak Benny Rhamdani yang mau berbagi.

Inilah sosok Bung Smas yang akhirnya saya ketahui setelah hampir tujuh belas tahun saya mengenalnya lewat serial Noni.




Noni, seorang gadis kecil beranjak dewasa. Tokoh yang saya kenal semenjak saya kecil namun sikapnya dan sifatnya telah banyak memberi pengaruh bagi kehidupan saya hingga saat ini. Keceriaan Noni dalam hidupnya yang apa adanya memberikan sebuah pengertian bahwa kenyamanan dan kebahagiaan hidup itu bukan datang dari kehidupan yang serba berkecukupan. Hal-hal seperti persahabatan, kepercayaan, keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang ternyata adalah pembentuk kebahagiaan yang tidak akan pernah habis dan berkurang. Salah satu quote khas Godek yang sangat saya sukai “ Salam Noni”. 

3 komentar:

  1. salam kenal..
    saya juga penggemar karya bung smas. terutama pulung, sisi atau siasat, dll, tapi entah kenapa saya belum pernah membaca noni.
    Penasaran sekali dengan figur bung smas, sayang foto di postingan ini tidak tampak di hp saya: (

    ai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam

      Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah serial Noni sempat dicetak ulang oleh Gramedia. Mungkin bisa dicari di sana atau di toko buku lainnya. Saya sendiri akhirnya berhasil mendapatkan buku bekas Noni serial lainnya di toko buku bekas di daerah Kwitang Jakarta.

      Hapus
  2. Assalamualaikum,sy ad 2 seri dgn jdul nyanyian ibu&sandiwara berdarah..krn pny dobel,free dh barangkali ad yg mau..ato mgkn barter sama karya bung smas yg laen.d355fda7pinBb.wassalamualaikum

    BalasHapus