Selasa, 30 Juli 2013

Cemas

Dulu, waktu saya kecil saya sering melihat mulut mama bergerak gerak cepat melafalkan doa saat papa belum pulang di jam seharusnya beliau sudah ada di rumah. Kadang sampai tengah malam mama masih terjaga  untuk menunggu papa pulang. Maklum, dulu papa memang kerja di luar kota. Butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke rumah dari kantornya karena jarak yang cukup jauh. Jarak itu menjadi semakin jauh karena belum ada telepon genggam atau alat komunikasi mobile lainnya.

Menunggu. Hanya itu yang bisa saya dan mama lakukan. Detik berubah jadi menit, menit berubah jadi jam. Sebagai seorang anak kecil, saya tidak pernah suka saat-saat menunggu papa. Cemas. Bertambah cemas karena merasakan juga kecemasan mama. Pikiran-pikiran buruk memenuhi otak. Adegan-adegan dalam tv berseliweran. Saya takut kalau tiba-tiba telepon rumah berdering dari polisi atau rumah sakit untuk mengabarkan hal buruk. Saya takut hal buruk terjadi di luar sana terhadap papa.

Sekarang, 20 tahun sudah berlalu. Teknologi sudah semakin maju dan canggih. Begitupun teknologi komunikasi. Berbalas pesan sangat mudah, telepon antar provider semakin murah, intinya jarak bukanlah masalah. Ingin tahu kabar seseorang tinggal hubungi nomornya, ingin bertatap tapi terhalang jarak bisa dengan skype atau yang lainnya. Lalu apa kecemasan seperti yang dulu dirasakan oleh saya dan mama saat menunggu papa pulang berarti sudah hilang? Ternyata tidak...

Buktinya mama masih sering cemas kalau adik saya belum pulang. Mama masih sering cemas kalau dulu saat kuliah di kota lain saya tidak ada kabar. Saya masih sering cemas kalau suami belum pulang di jam seharusnya sudah di rumah. Lalu apa mereka tidak punya telepon genggam untuk dihubungi? Punya, tapi ternyata hanya teknologi yang berubah..kecemasan itu tetap ada di sana. Tidak berubah.

Kenapa? Mungkin karena sekarang kita merasa semua terlalu mudah. Menghubungi orang rumah itu mudah, bisa nanti. Tidak mengangkat telpon dari orang rumah itu tidak masalah..bisa telepon balik nanti. Memberitahu kabar kalau akan pulang larut karena suatu hal itu mudah..bisa nanti. Tanpa kita sadari kalau ada orang yang menganggap keberadaan kita penting menunggu kabar di rumah. Dilanda kecemasan, kecemasan yang sama seperti saat telepon genggam belum jadi kebutuhan primer.

Sabtu, 27 Juli 2013

Bicara Lewat Foto : Situpatenggang Jawa Barat, Indonesia

Blog ini jarang banget upload foto. Penyebabnya adalah si blogger terlalu cerewet sehingga kadang lupa untuk upload foto dalam post-nya dan saat ingat untuk upload foto, si blogger ini terlalu males nyari file fotonya untuk disisipkan di dalam postingan. Tapi, untuk postingan kali ini dan mungkin beberapa postingan ke depan, akan ada banyak foto..malah mungkin ada beberapa postingan yang fotonya lebih banyak dari tulisan. Kenapa? Karena untuk postingan ini dan beberapa postingan ke depan, si blogger  mau upload foto-foto yang nyaris terlupakan ceritanya. Jadi biar foto-foto aja yang bicara. Tsaaah...Postingan kali ini tentang Situ Patenggang.

Situ Patenggang, terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Saya ke sini tahun 2009 bersama seorang teman bernama Lukman yang sedang hobi-hobinya "jeprat-jepret".  Niat ke sini adalah untuk mencari objek foto yang bagus. Seperti biasa, saya hanya penggembira saja, tapi lumayan juga bisa dapat ilmunya. Bisa ikut difoto juga sih intinya.  

Saya dan Lukman ke Situ Patenggang naik motor, jadi kalau ada yang bertanya bagaimana cara akses ke Situ Patenggang naik kendaraan umum saya kurang paham. Mungkin link ini bisa membantu. Dari Kawah Putih ke Situ Patenggang, jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit saja. Perjalanan menuju Situ Patenggang dari Kota Bandung memang lumayan lama, hampir dua jam tapi kita tidak akan merasa bosan di jalan karena di sepanjang jalan mata kita disuguhi pemandangan hijau super keren berupa pohon-pohon besar, kebun strawberry, areal perkebunan teh Ranca Bali yang super luas, dan kawasan hutan pinus cagar alam Patengan yang adem.  Situ artinya danau, jadi objek wisata Situ Patenggang ini memang objek wisata danau. Cuma danau? Tidak..banyak yang lain. Let's see!



Mitos dan Sejarah Situ Patenggang
Sebelum ke foto-foto, baiknya saya cerita dulu nih tentang sejarah dan mitos dari Situ Patenggang karena sejarah dan mitos yang berkembang ini menjadi salah satu faktor daya tarik dari Situ Patenggang. Begini ceritanya..

Alkisah di zaman dahulu hiduplah sepasang kekasih bernama Ki Santang (Raden Indrajaya) dan Dewi Rengganis. Ki Santang merupakan keponakan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) dan Dewi Rengganis adalah putri dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat yang melibatkan Kerajaan Pajajaran dan Majapahit memisahkan kedua sejoli tersebut dan membuat mereka melalui kisah cinta yang berliku-liku, penuh rintangan, kepedihan,dan memilukan hati.Namun karena rasa cinta yang sangat dalam, mereka saling mencari. 

Saling mencari atau yang dalam Bahasa Sunda adalah "pateang-teangan"inilah yang menjadi asal mula nama Situ Patenggang (dikenal juga sebagai Situ Patengan ). Setelah saling mencari, akhirnya mereka dipertemukan kembali di sebuah tempat yang kini bernama Batu Cinta.Rindu dan cinta yang begitu mendalam, membuat mereka tak bisa menahan deraian air mata saat berjumpa kembali, bahkan air di Situ Patenggang ini dipercaya berasal dari air mata mereka ketika mereka menangis saat berjumpa kembali. Setelah berjumpa, Dewi Rengganis meminta  dibuatkan kapal kepada Ki Santang untuk berlayar bersama. Kapal inilah yang kemudian menjadi pulau berbentuk hati yang kini bernama Pulau Sasaka atau lebih dikenal sebagai Pulau Asmara.

Mitos yang dipercaya masyarakat adalah apabila ada pasangan yang berkunjung ke Situ Patenggang ini kemudian mengelilingi Pulau Asmara dan singgah di Batu Cinta maka kisah cinta mereka akan langgeng seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis yang kisah cintanya abadi hingga kini.

Begitulah sejarah dan mitos yang beredar di masyarakat hingga kini. Kemudian lanjut ke foto-foto ya...

Untuk masuk ke objek wisata Situ Patenggang, tiketnya dulu sekitar 4000 rupiah per-orang, sekarang sekitar 6.000 rupiah.Bila membawa mobil dikenai biaya tambahan sekitar 10.000 rupiah untuk biaya parkir.Nah, di sekitar Situ Patenggang ini ada banyak danau-danau kecil lain. Danau di gambar ini contohnya. Banyak warga yang mencari ikan di danau-danau kecil tersebut.Oiya, sebelumnya kawasan ini adalah cagar alam lho, baru pada tahun 1981 dibuka jadi kawasan taman wisata hingga akhirnya bisa kita nikmati sampai sekarang.
Nah, ini gambar Situ Patenggang. Danau ini sangat luas. Luasnya sekitar 45 Ha dengan kedalaman danau sekitar 3-4 meter. Dengan kedalaman itu , banyak ikan air tawar yang hidup di dalamnya (mujair, nila,mas,nilem,lele). Airnya sangat tenang. Nyaris tidak ada riak.

Di kunjungan pertama ke Situ Patenggang ini, saya dan Lukman tidak berkunjung ke Pulau Asmara ataupun Batu Cinta. Hanya sempat mengabadikan Pulau tersebut dari kejauhan. Bentuk hatinya memang tidak tampak, hanya akan tampak bila difoto dari atas atau kita mengelilingi pulau tersebut. Bila kita menyewa perahu dayung atau perahu motor biasanya kita akan dibawa mengelilingi pulau tersebut oleh supir perahu. Kita juga akan dibawa singgah ke Batu Cinta untuk sekedar berfoto-foto.


Ini adalah gambar Batu Cinta yang terkenal itu. Kalau lihat dari dekat akan kelihatan kalau di batu itu banyak coretan. Banyak yang mengukir nama di situ. Memangnya batu nisan? Jangan ditiru ya..


Well,memandang  kemanapun yang terlihat hanya danau yang luas dan pohon besar dimana-mana. Wajar saja karena luas total kawasan Situpatenggang ini 150 Ha. Jadi memang super duper luas dan hal inilah yang membuat orang akan betah berlama-lama duduk di pinggir danau yang dinanungi rindangnya pohon seperti yang dilakukan teman saya ini. Mencari inspirasi sambil  mengagumi kebesaran Sang Pencipta.

Untuk mengelilingi danau, kita bisa menyewa perahu dayung, perahu motor, atau bebek-bebekan. Biaya sewa perahu dayung sekitar 40.000 rupiah/orang, sewa perahu motor sekitar 200.000 rupiah/kapal, sedangkan bebek-bebekan sekitar 15.000 rupiah/orang.Biaya sewa bebek-bebekan memang lebih murah karena kita menggowes sendiri bebeknya. Harga di atas sudah di update ke tahun 2013 dan jangan lupa untuk menawar.

Yup,di sini juga ada bungalow untuk yang ingin bermalam. Tapi saya tidak sempat untuk menanyakan rate nya. Dari kejauhan kondisi bungalownya tampak  bagus, terawat, dan kelihatan bersih selain itu tidak perlu bingung  untuk mencari tempat makan, karena banyak penjual makanan berderet di sekitar area parkir dan di pasar.


Nah, ini yang saya sebut pasar.Letaknya di dekat danau. Banyak toko-toko yang menjual berbagai souvenir ataupun buah-buahan segar dan makanan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.


Dan akhirnya tiba waktunya bagi saya untuk meninggalkan Situ Patenggang. Hamparan hijau kebun teh,pohon pinus, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta matahari yang hangat pasti akan membuat saya kangen untuk berkunjung lagi ke sini. Damai dan menenangkan.













































































Sabtu, 20 Juli 2013

Pengkhianatan Ayam

Pernah ngerasa dikhianati?Rasanya gimana?Sakit? Pasti ya..
Gw juga pernah. Iya sakit. Kesel juga. Marah juga. Kecewa juga.
Tapi gw bukan dikhianati sama pasangan melainkan sama tukang ayam.Tukang jual soto ayam persisnya.Kok bisa?Ya bisa..gini ceritanya...
Dulu,waktu kuliah di Jatinangor.Gw punya sahabat dekat.Namanya Yenni.Gw dan teman-teman yang lain biasa panggil dia Uyen.Eh..gw jadi keingetan mau nulis tentang dia.Ntar deh, next post.Nah jadi gw sama uyen ini penyuka pedas.Bukan sekedar suka kayaknya tapi cinta..mungkin memuja tepatnya.

Nah, di Jatinangor ada sebuah tempat makan soto yang sangat terkenal.Gw tidak menyebutkan namanya untuk menjaga hal-hal yg tidak diinginkan.Tempat makan ini sebut aja Soto B,memang terkenal enak.Tempatnya bersih,pelayannya ramah,pelayanannya cepat,dan terutama sambelnya enak dan pedasnya pas.Pokoknya surga dunia buat gw dan Uyen.Harganya memang sedikit lebih mahal dibanding tempat makan lain,tapi kita rela saja.Buktinya hampir setiap hari gw dan Uyen makan di sana.Entah itu makan pagi,siang,sore,atau malam.Pokoknya sehari sekali itu wajib hukumnya makan di situ.Kalau sehari atau dua hari kita nggak makan di situ,berasa ada yang kurang.Tubuh langsung bereaksi. Lidah langsung ngebayangin kuahnya,sambalnya,empingnya,es mangga potongnya,daging ayamnya yang gede banget...glek..ini gw sambil nulis ngebayangin itu semua dan nelen ludah.Untung lagi nggak puasa.

Intinya..itu tempat makan juara dunia deh buat gw sama Uyen.Soto itu udah sejajar sama ngisi KRS pentingnya.

Nah lalu..beberapa tahun yang lalu gw lulus dari Unpad.Tahun 2009 tepatnya.Otomatis gw harus meninggalkan Jatinangor.Otomatis gw nggak bisa makan soto itu lagi tiap hari.Apalagi gw akhirnya dapet kerjaan di Jakarta.Makin jauh deh dari Soto B tersebut.Tapi bukan berarti gw rela begitu saja berpisah dari soto itu,sesekali saat libur kerja,gw ke Jatinangor buat ketemu temen-temen yang belum lulus,ngobrol-ngobrol,dan ya pastinya makan di Soto B.Uyen juga gitu walaupun nggak sama-sama ke sananya, tapi disempatin juga kayaknya beberapa kali untuk makan di sana. Bahkan, ada temen gw yang ekstrim.Dia juga kerja di Jakarta dan dia suatu hari pernah tuh pengen banget Soto B. Akhirnya dia nekat langsung ke Jatinangor hanya untuk makan di soto B terus pulang lagi ke Jakarta.Sadis..



Setelah kesibukan kerjaan menyita waktu,gw sudah nggak pernah lagi ke Jatinangor.Apalagi setelah gw nikah.Bener-bener nggak ada waktunya.Sampai suatu hari,datanglah kabar nggak enak dari temen gw yang ekstrim tadi.Dia bilang kalau soto B sekarang sudah tutup karena ketahuan kalau ayamnya menggunakan ayam tiren.Tahu ayam tiren kan?Nih kalau belum tau baca di sini.

My God!!Kaget sekaget-kagetnya dong.Itu udah kayak makanan pokok buat gw dulu di Jatinangor.Gw nggak terima.Gw pun cari tahu.Setelah searching kesana kemari, dapatlah gw cerita kalau berita itu bermula dari liputan di reportase tentang soto terkenal di Jatingor. Nama tempat memang disamarkan tapi orang-orang pada "ngeh" kalau ciri-ciri lokasinya sih Soto B banget.Denger-denger juga sampai ada police line segala di sana.Gara-gara itu semua they closed

Sampai sekarang gw nggak tahu kepastian berita ini,makanya gw nggak cantumin nama asli tempatnya di post ini karena gw nggak nonton sendiri reportasenya.Cuma sebatas katanya..denger-denger..kayaknya...tapi banyak juga yang meyakinkan gw akan kebenaran berita itu.

Shock?Pastilah.Gila ya..ngebayangin udah berapa kilo ayam tiren yang keluar masuk sistem pencernaan gw.Selain itu gw sakit hati banget sama yang punya.Gw merasa dikhianati.Padahal gw udah percaya untuk rajin makan di situ salah satunya ya karena bersih,eh..malah dikasih makanan kotor.Lebih dari itu,karena gw sering banget makan di situ,ada semacam kedekatan batin gitu dengan pelayan-pelayan di sana.Buktinya kalau gw sama Uyen masuk,tempat sambal yg isinya tinggal sedikit langsung diisi penuh (perasaan gw doang sih...).Belum lagi dulu gw dan Uyen pernah ketinggalan selembar foto yang isinya gaya-gaya alay kita berdua,terus para pelayan di sana dengan baik hati nyimpen foto itu buat dikasih ke kita lagi. Saat mereka nyerahin lagi foto itu ke kita, mereka pasti setengah mati nahan ketawa tapi dengan baik hatinya mereka pasang tampang "kita-nggak-liat-apa-apa".Walau gw tahu mereka pasti mau ngakak.Dan setelah semua yang sudah terjalin bertahun-tahun gitu kok bisa-bisanya mereka mengkhianati kepercayaan gw dan Uyen dengan ngasih kita ayam tiren. Kecewa berat.
Lepas dari itu semua, gw yakin pasti ada hikmah di setiap kejadian. Gw cuma mau berpikir positif aja. At least, karena kejadian ini gw jadi tau rasanya ayam tiren, dan ternyata ayam tiren enak saudara-saudara..Selain itu, kalau suatu saat soto B itu buka lagi tapi udah tobat dan nggak pakai ayam tiren lagi, gw tetap mau kok makan di sana. Ya..gw itu pemaaf kok.

Sabtu, 13 Juli 2013

Selamat Jalan Arif Beldwin J Sihombing

"Bukannya lupa kalau kematian itu hal yang paling rahasia..tapi kehilangan teman yg baik untuk selamanya,kapanpun waktunya pasti akan terasa terlalu cepat...Selamat jalan Arif Beldwin J. Sihombing"

(Kalimat itu saya tuliskan di status facebook yang sudah sangat jarang saya update beberapa jam setelah saya menerima kabar duka tentang kepergian seorang teman)

26 Juni 2013 yang lalu, kematian datang lagi. Kali ini menghampiri teman saya sewaktu di kampus. Kakak tingkat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. Arif Beldwin J Sihombing namanya. Namun bukan FISIP yang menyatukan kami, melainkan sebuah organisasi kampus bernama KOMISI DISIPLIN FISIP UNPAD (KOMDIS FISIP UNPAD). Sebuah organisasi yang mempertemukan saya dengan Arif atau yang biasa dipanggil Cabul. Orang yang begitu muda, begitu ceria, begitu hidup....

Kematian Cabul  meninggalkan banyak duka. Maut menjemputnya di km 81 Tol Cipularang arah Bandung menuju Jakarta. Sebuah travel yang sedang hangat diperbincangkan karena kecelakaan berulang dalam beberapa bulan terakhir ini kembali mencatatkan kelalaiannya. Cititrans. Lagi. Korban. Lagi. Dan korbannya teman saya kali ini. (kronologis kecelakaan ada di sini)

Media sosial ramai bicara tentang ini. Hashtag 4Beldwin dan SafetyTransport berseliweran selama beberapa hari. Aksi damai di kantor Cititrans Bandung Jalan Dipatiukur pun dilakukan oleh teman-teman dari FISIP UNPAD dan KOMDIS FISIP UNPAD walaupun dengan hasil tidak memuaskan (baca liputan aksi di sini)

Sungguh, hari itu saya sedih. Cabul benar-benar orang yang baik. Dan sungguh hari itu juga saya terharu. Betapa solidaritas di dunia maya itu mengejutkan. Saat itu kita ada di saluran yang sama. Duka yang sama. Kehilangan yang sama. Seolah kita berada di ruang yang sama. Tidak saling mengenal tapi saling menenangkan. Tidak saling dekat tapi saling menguatkan. Itu mengharukan. 

"Liat segini ramenya orang ngomongin lo Bul. Lo bener-bener orang baik. Bangga bisa kenal dan jadi temen lo. Selamat jalan...@Beldwin"




Iya,kita tidak akan pernah tahu kapan akan berhadap muka dengan maut. Tidak akan ada yang tahu. Kapan? Dimana? Bagaimana? Tidak akan ada jawaban. Sampai saatnya kita sendiri yang akan menghampirinya di waktu, tempat, dan  cara sesuai dengan yang telah ditulis oleh Sang Pencipta. Setelah itu kita tidak akan tahu lagi. Siapa yang akan bersedih? Apa kepergian kita akan ditangisi? Atau kepergian kita justru disyukuri? Tidak akan tahu..dan tidak akan peduli lagi. Karena mungkin kita sudah memiliki kesibukan lain. Sibuk mempertanggungjawabkan dunia kita.

Sedikit perenungan untuk diri sendiri : "Sesungguhnya sebaik-baiknya nasihat adalah kematian"




Jumat, 12 Juli 2013

Perlukah Bermazhab?

Tadi sempat ngobrol dengan salah seorang teman. Ngobrol kesana kemari akhirnya malah ngobrol masalah mazhab. Dia bilang mazhab itu kayak paket praktis untuk hidup.Terus terang, soal mazhab ini dulu cukup menyita otak saya. Sekarang pun masih begitu. Pertanyaan seperti perlukah bermazhab itu sering muncul. Kalau memang perlu lalu mazhab apa yang harus saya ikuti? Bahkan di negara-negara muslim sendiri berbeda dalam hal mayoritas penduduk pengikut suatu mazhab tertentu. 

Dulu sekali, dalam pikiran saya ngapain sih ikut-ikutan mazhab atau aliran-aliran gitu. Kok kesannya Islam itu terpecah-pecah. Kenapa nggak berpatokan aja dengan ajaran Al-Quran dan Al-Hadis? Atau ikut aja dengan cara beragama yang sudah diajarkan sejak TK? Toh tanpa ikut-ikutan mazhab juga kan saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Tapi semakin dewasa, saya mulai mengerti kenapa saya harus bermazhab dan belajar tentang mazhab tersebut. 

Kalau saya pribadi merasakan kebutuhan untuk bermazhab itu muncul saat munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai tata cara beragama. Semakin besar semakin saya sadar bahwa dari hal-hal yang sifatnya seolah sepele saja seperti berdoa atau tata cara shalat, tiap orang mempunyai praktek yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan pertanyaan di benak saya. Kenapa beda? Lalu apa acuan saya mengikuti tata cara yang ini? Guru agama sejak SD? Ajaran orangtua? Saya tidak bisa menjawab. Saat itu, kalau misalnya ada orang yang menjejali saya dengan paham yang melenceng dari yang saya pelajari dari kecil pun saya pasti akan manggut-manggut mengingat begitu awamnya pemikiran saya tentang beragama. Belum lagi soal tafsir hadis yang kadang sering dikutip orang untuk membenarkan atau mengharamkan suatu tindakan. Apakah hadis itu shahih? Itu pertanyaannya. 

Atas dasar hal tersebut saya pun mulai mempelajari mazhab.Sebenarnya, disadari atau tidak setiap orang yang berusaha memahami AL-Quran dan Al-Hadis pasti bermazhab. Jadi kalau saya bilang saya mulai mempelajari mazhab itu berarti saya mulai belajar mengenal macam-macam mazhab dan memilih mazhab  yang paling mempengaruhi saya untuk saya ikuti.Ya karena mazhab itu sendiri adalah cara untuk kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadis, itu  yang akan membantu saya menemukan jawaban akan hal-hal yang tidak bisa saya tafsir langsung dari Al-Quran dan Al-Hadis karena keterbatasan ilmu. 

Apa kita tidak bisa hanya berpegang kepada Al Qur'an dan Al-Hadis saja? Bisa. Asal kita sudah berada di level istinbat dimana kita bisa mengistimbah sendiri  Al-Quran dan Al-Hadis itu (Jawaban itu saya peroleh dari sebuah blog yang sayangnya saya lupa sumbernya). Bagi kita orang awam itu pastinya akan memakan waktu mungkin seumur hidup kita. Jadi kenapa tidak kita percayakan kepada yang ahli? Yaitu para ulama terbaik yang dimiliki Islam. Ulama yang terdekat dengan kehidupan Nabi. Ada 4 mazhab yang dikenal luas di negara-negara Islam saat ini yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Di Indonesia mayoritas muslim memakai Mazhab Syafii, tapi perbedaan antara mazhab itu bukanlah hal yang berarti perpecahan karena tetap semuanya bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadis dan bertujuan memahami Al-Quran dan Al-Hadis agar sesuai syariah.

Lalu kalau sekarang muncul pendapat untuk kembali ke Al-Quran dan Al-Hadis dan tidak usah mengikuti mazhab itu bagaimana bisa padahal mazhab itu sendiri justru jalan untuk kembali ke Al-Qur'an dan Al-Hadis. Orang yang memilih untuk tidak bermazhab itu pun sebenarnya sedang membuat mazhabnya sendiri karena ia beribadah sesuai penafsirannya sendiri.

Buku, Waktu, dan Haru

Sebenarnya mau update blog ini tepat sehari setelah nulis "Inspirasi Masa Kecil..Noni" tapiiii..yah biasa. Suka lupa, suka males, suka-suka banget ngisi blognya. Jadiiii....yah baru sekarang bisa up-date. So, this is it..

Bandung,Mei 2008 (percakapan telpon dengan Tiko, teman lama yang tinggal di Semarang)

A (saya) : Lo tinggal di Semarang kan? 
T (Tiko)  : Iya
A :Tau Krapyak kan?
T :Tau
A : Karangayu?
T : Tau
A : Ada jalan Subali Makam di sana?
T : Belum pernah dengar. Emang kenapa sih?
A : Rumahnya Noni
T : Siapa? Temen?
A : Bukan, buku Noni.
T : Itu buku apa?
A : Petualangan anak namanya Noni temenan sama buron namanya Godek.
T : Bagus?
A : Seru,keren,udah baca dari kecil,masih disimpen sampai sekarang.
T : Komik?
A : Novel. Serial sih tapi cuma punya 1 buku aja yang judulnya Sandiwara Berdarah. Katanya mau dicetak ulang sama Gramedia tapi mau yang terbitan pertama tahun 1986 kayak yang gw punya.
T : Kenapa?
A : Biar ada nilai historynya aja. Soalnya bukan buku biasa. 
T : Kenapa?
A : Satu-satunya buku Noni yang gw punya itu,punyanya tante yang udah meninggal. Tante kesayangan. Buku kesayangan. Tokoh kesayangan. Hehe..
T : Udah cari kemana aja serial lainnya?
A : Waktu di Lampung udah ke toko-toko buku bekas nggak ada yang jual. Sekarang di Bandung udah cari kemana-mana juga nggak ketemu.Cariin di Semarang dong, siapa tau ada. Ya?
T : Iya.Insya Alloh
Bandung,beberapa hari kemudian (percakapan telpon lagi)
T : Udah cari kemana-mana tapi nggak ada Noninya..buku Bung Smas yang laen juga nggak ada.Susah ya nyarinya
A : Eh seriusan dicariin ya..hehe..Makasih
T : Lho,kemarin emang minta cariinnya nggak serius?
A : hehe...Serius kok. Cuma nggak nyangka aja serius dicariin.
Yogyakarta, Agustus 2008 (beberapa hari setelah jadi pacar)
A : Kita jadi ke Shopping kan?
T : Iya mau liat-liat contoh skripsi
A : Sekalian cari Noni ya
T : Iya..siapa tau ada
(setelah capek ngubek2 Shopping seharian tetep nggak menemukan Noni)
Jakarta, 2009 (gw dan Tiko sudah jadi penghuni Jakarta dengan status pekerja)
A : Kemaren kemana aja?
T : Kwitang,Senen ngubek-ngubek tempat buku bekas
A : Hah? Ngapain?
T : Nyari Noni.
A : Serius?
T : Iya,tapi nggak ada.Susah banget
A : Yaudah nggak papa..tar kalau jodoh juga ketemu.

Jakarta, 2009
A : Pas musuhan kemaren hari Sabtunya kemana?
T : Muter-muter aja..
A : Iya..kemana?
T : Tempat buku bekas
A  : Nyari Noni ya?
T : Apa lagi?
A : Hehe..terus ketemu?
T : Kalau yang terbitan baru kata abangnya ada.
A : Kalau mau yang baru, aku tinggal ke Gramedia aja
T : Iya makanya aku nggak beli. Yang terbitan pertama di sana nggak ada. Tapi aku udah ngasih nomor telpon ke abang-abang di sana.Katanya nanti dikabarin kalau ada.
A : Hah? Serius? Tar pasti dimahalin deh karena dikira kamu pengen banget
T : Emang pengen banget kok. Nggak papalah kalau masih bisa kebayar.
A : Tapi itu nggak cuma satu buku lho. Kan serinya banyak.
T : Ya abangnya juga nggak janji. Udah langka soalnya. Kalau Pulung malah ada kayaknya tadi.
A : Maunya Noni
T : Iya ntar diusahain kata abangnya
A : Makasi ya
T : Kenapa? Buat apa?
A : Udah serius mau cari Noni
T : Kalau ketemu pun nggak akan aku kasih ke kamu sekarang kali
A : Lah kok gitu?
T : Haha..ini terlalu sakral buat aku
A : Maksudnya?
T : Yah..terlalu sakral. Harus di moment penting ngasihnya.
A : Nggak ngerti..
T : Nanti, kalau Noninya ketemu, aku kasihnya pas married atau pas putus ya..
A : Dih aneh...lama..
T : Ya harus sabar..nyari Noni dari kecil aja sabar
A : Iya ya..iya deh. Mudah-mudahan ketemu.Mudah-mudahan ngasihnya pas married lah..jangan pas putus. Amit-amiiit *getok2 meja
T : Hehe..Iya amin
T : Tapi aku hebat ya
A : Kenapa?
T : Lagi berantem aja masih ngelakuin hal buat kamu.
A : Haha..Sombong.

Jakarta, 2010 
A : Tadi abis nulis tentang Noni di WIC
T : Apa tuh?
A : World Inspirational Contest..yang ngadain akun Aku Bisa di facebook. Disuruh nulis tentang tokoh yang menginspirasi kita gitu deh
T : Terus nulis tentang Noni?
A : Iya..kan inspirasi masa kecil tuh. Cara Bung Smas nulis juga kan punya pengaruh ke cara aku nulis.
T : O..terus buat apa? Dapet hadiah?
A : Nggak tau dapet hadiah apa nggak..cuma pengen share aja sih.Tulisan tentang Noni ini kan udah aku tulis dari dulu.Pas ada momennya buat share ya kirim aja.
T :Tumben ikut-ikut lomba gitu ngasih tau,biasanya diem aja. Kan katanya malu kalau tulisannya aku baca.
A : Soalnya butuh jempol
T : Hah? Apaan?
A : Iya di lombanya ada pemenang favorit juga.Nentuin pemenang favorit  dari jumlah yg terbanyak dikasih jempol. Makanya kasih jempol ya
T : Halah..halah..Iya yaudah.
A : Hehe..makasih. Sekarang  mau ngebajak fb-nya Adek Ica dan Ayie buat kasih jempol.

Bandar Lampung, 13 November 2011
Terdengar suara Master of Ceremony di sebuah acara pernikahan setelah ijab kabul dibacakan.
MC : Nah ini katanya dari suami ada yang mau diserahkan secara khusus ke istrinya
A   : (bingung)
T   : (ngasih kotak lumayan besar transparan)
A   : (kaget)
MC : Itu masnya ada yg mau diomongin soal hadiah khusus ini nggak?
T   : Iya.Em..saya tau Anggi suka baca.Dan ini buku yang sudah Anggi pengen banget dari kecil.Bukunya bagus, ada beberapa seri tapi maaf ini belum lengkap.Cuma ketemu beberapa yang terbitan pertama. Mudah-mudahan bermanfaat.
A   : (hening)
A   : Iya.Makasi Noninya mas..

Setiap orang punya momen paling indah untuk dikenang.Tapi buat gw,ini salah satu yang nggak bisa dilupakan. Menyadari seseorang menyiapkan bertahun-tahun pencarian untuk sebuah hadiah di hari pernikahan sesuai janjinya hanya untuk gw itu mengharukan. Dan ucapan terimakasih aja buat Tiko, gw rasa nggak cukup. Tapi mudah-mudahan tulisan ini cukup mewakili bahwa kado Noni itu indah, romantis, dan sakral. Yes..totally sakral.