Minggu, 13 November 2016

Pulau Pahawang : Dari Legenda Menuju Destinasi Wisata Dunia

Sumber gambar : http://www.funtripstour.com/paket-tour-pulau-pahawang/

Sebagai orang Lampung, pastinya saya bangga saat sekarang Lampung mulai berbenah di sektor pariwisata. Mungkin akhirnya pemerintah dan masyarakat Lampung mulai menyadari kalau potensi alam yang dahulu masih tersimpan rapat seperti mutiara dalam cangkang, kini perlahan diberi perhatian lebih, baik oleh pemerintah daerah maupun investor.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemekaran wilayah beberapa kabupaten seperti Kabupaten Pesawaran (Kabupaten Pesawaran merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007) memberi dampak positif bagi kemajuan pariwisata Lampung. Dengan adanya pemekaran ini, pemerintah daerah dapat lebih fokus dalam upayanya untuk mendorong peningkatan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan sekaligus juga penggalian potensi daerah yang dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di daerah tersebut. Di Kabupaten Pesawaran, pariwisata merupakan salah satu potensi sumberdaya yang mulai dikembangkan menjadi unit perekonomian daerah.

Belakangan ini pariwisata memang menjadi primadona baru sebagai penggerak perekonomian daerah, salah satu penyebabnya adalah perkembangan teknologi informasi yang semakin mudah diakses oleh masyarakat. Dulu, saat kecil, pantai yang saya kenal dan jadi kunjungan wajib di setiap akhir pekan adalah Pantai Pasir Putih dan Pulau Pasir. Paling jauh mungkin Merak Belantung. Kemudian mulai terdengar nama Pantai Laguna yang terkenal sampai mancanegara karena ombak kencangnya dan berhadapan langsung dengan Selat Sunda, lalu ada Pantai Mutun yang sempat kisruh karena masalah kepemilikan lahan juga penggelapan tiket masuk, Pantai Duta Wisata dan semakin hari, nama-nama pantai di Provinsi Lampung semakin bertambah banyak. Hingga saat ini, dengan semakin derasnya informasi yang mengalir melalui social media, hampir semua tempat wisata bisa dijelajahi dengan ujung jari. Mulai terdengarlah nama-nama Pulau Tegal, Pantai KlapaRapet, Pahawang, Pulau Tegal, Tanjung Putus, Teluk Kiluan, dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak nama pantai dan pulau yang ada di Provinsi Lampung, ada satu pulau yang saat ini merajai daftar wisata bahari di Provinsi Lampung yaitu Pulau Pahawang.

Legenda Pulau Pahawang

Penamaan sebuah tempat, tidak lepas dari cerita legenda yang berkembang di masyarakat. Untuk Pulau Pahawang sendiri, menurut cerita yang beredar di masyarakat memiliki dua versi cerita. Pertama, nama Pahawang berasal dari nama seorang keturunan Betawi-Cina yang menetap dan memiliki keturunan di pulau ini. Keturunannya yang perempuan dipanggil dengan nama Mpok Awang oleh masyarakat setempat. Panggilan inilah yang kemudian membuat pulau tempat tinggalnya diberi nama Pahawang. Di puncak bukit di tengah pulau ini ada sebuah makam yang dikeramatkan oleh penduduk, makam ini dipercaya adalah makam Mpok Awang. Yang menarik, karena sangat menghormati makam yang dianggap sebagai asal-usul penamaan Pahawang, tidak ada penduduk Pahawang yang berani merusak hutan di kawasan bukit. Hal ini tentu bermanfaat positif terhadap perkembangan ekologi di hutan tersebut. Hutan yang terjaga menjadi semakin hijau dan lestari. Cerita ini mengingatkan saya kepada makam yang dianggap keramat di Gunung Geulis, Jatinangor. Di puncak gunung, menurut cerita yang beredar terdapat sebuah makam yang merupakan makam putri paling “geulis” (cantik). Terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut, cerita itu membuat saya dan beberapa teman yang naik ke atas sana takut mau melakukan hal yang akan merusak alam sekitar. Bahkan setelah sampai puncak pun, mau berbicara dan tertawa keras-keras rasanya agak sungkan. Sebegitu kuatnya cerita legenda mengendalikan tingkah laku kita. J

Kedua, nama Pahawang berasal dari kata Bahasa Lampung yaitu Pahawang yang berarti pemberian suplai makanan dari pesisir Pesawaran menuju pulau ini. Penduduk yang tinggal di Pahawang dipercaya berasal dari pesisir Pesawaran. Kedua cerita tersebut tidak ada yang bisa dipastikan kebenarannya dan terus diceritakan dari mulut ke mulut. Tentu ini semakin memperkaya kearifan lokal di Pulau Pahawang. Ada pesan-pesan tersembunyi yang bisa kita teruskan kepada generasi mendatang untuk menjaga kelestarian alam Pahawang.

Upaya Pemerintah Menjadikan Pahawang sebagai Tujuan Wisata Dunia.

Menurut buku “Marketing in Venus” karya Hermawan Kartajaya, kemajuan teknologi informasi ternyata tidak menjadikan manusia menjadi robot melainkan justru sebaliknya, menjadikan manusia seutuhnya yang pekat dengan emosi dan perasaannya. Manusia menjadi lebih interaktif di mana emotional quotient lebih unggul dari intelligence quotient. Feel menjadi lebih penting daripada think. Hal ini terbukti dari semakin dikenalnya Pahawang oleh masyarakat luas. Buzz marketing menjadi strategi promosi yang paling ampuh. Buzz marketing sendiri bukan merupakan hal yang baru melainkan telah dikenal sejak zaman dahulu sebelum adanya internet bahkan surat kabar. Kita mungkin lebih akrab dengan istilah 'dari mulut ke mulut'. Masyarakat akan menyebarkan cerita yang menyentuh emosi mereka. Pahawang adalah sebuah paket komplit. Pulau ini memiliki segala keindahan yang dapat menyentuh emosi manusia. Mulai dari hamparan pasir putihnya juga pesona biota bawah lautnya. Bahkan Pulau Pahawang juga sempat dinominasikan oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu pulau surga tersembunyi terpopuler (Most Popular Hidden Paradise) dalam Anugerah Pesona Indonesia 2016. Tapi tentu tidak boleh berhenti di situ, banyak faktor yang tentu akan dibenahi hingga Pahawang dapat menjadi tujuan wisata dunia.

Berkembangnya wisata Pahawang sejalan dengan upaya pemerintah Provinsi Lampung untuk mengembangkan wisata Pantai Barat Lampung. Dukungan terhadap pengembangan destinasi pantai barat ini dalam bentuk perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan. Misalnya, perbaikan jembatan Way Hanura II di Desa Hanura, jembatan Way Umbar sebagai penghubung Pesawaran dan Tanggamus. Selain itu, pemerintah daerah juga akan menggelar Festival Pahawang Teluk Ratai pada 25-27 November 2016. Festival pertama yang akan diadakan di Pahawang ini bertujuan untuk menarik mata masyarakat lokal maupun asing tentang keberadaan Pahawang sebagai ikon pariwisata. 

Sama halnya dengan kafe-kafe di Bandar Lampung yang mulai menjamur, tempat baru dengan setting yang cozy tentu akan menarik orang berduyun-duyun ke sana. Mungkin hanya sekali dan tidak kembali lagi karena soal rasa atau fasilitas, itu nomor dua, yang penting sudah ke sana.  Hal ini berlaku pula dengan tempat pariwisata di Lampung, saat sebuah tempat mulai ‘hits’ terdengar, ramai orang akan berkunjung, tapi jika tidak didukung oleh insfrastruktur yang baik dan sumber daya manusia yang siap dan sadar wisata, bukan tidak mungkin Pulau Pahawang hanya akan menjadi tujuan wisata yang ‘asal pernah’ saja. Sumber daya manusia yang siap dan sadar wisata itu harus dibentuk dari sekarang. Diharapkan, masyarakat Pahawang dan pelaku wisata dapat menciptakan suasana yang ramah dan dapat membuat nyaman dan aman wisatawan yang mengunjungi Pulau Pahawang. Perlu juga ada cenderamata khusus yang khas Pulau Pahawang. Yang sudah ada saat ini misalnya dodol bakau, keripik bakau, dan sirup bakau. Semoga ke depannya, Pulau Pahawang yang berawal dari sebuah legenda ini benar-benar bisa menjadi tujuan wisata penduduk dunia sama seperti Bunaken dan Raja Ampat.

Sumber gambar : https://eloratour.wordpress.com/tag/pahawang/

Untuk kalian yang ingin berkunjung ke Pulau Pahawang namun masih bingung dengan transportasi dan tips-tips berwisata ke Pulau Pahawang, bisa mampir ke artikel ini : Ingin ke Pahawang? Baca Ini Dulu! 







11 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Ada yang bilang Puhawang. Ada juga yang nyebut Pahawang. Keduanya sama aja. Sama-sama destinasi yang menarik. Setuju khan?!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, setuju...pokoknya mudah-mudahan ke depannya Pahawang bisa jadi kayak Bunaken dengan pengelolaan yang lebih baik lagi.

      Hapus
  3. Kalo bisa d tambahkan foto pahawang, dari masa ke masa. Terus berkarya yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih masukannya. Mudah-mudahan bisa menjadi motivasi untuk terus lebih baik lagi dalam berkarya :)

      Hapus
  4. pahawang....

    banyak cerita dan kenangan disana, 4 hari 3 malam menciptakan banyak cerita yang sampai sekarang sering dibahas ketika kumpul dengan teman-teman kuliah.

    ada aturan yang tidak memperbolehkan adanya aktifitas lewat dari jam 11 malam. juga ada cerita tentang makam anak-anak di atas lereng bukit pinggir pantai yang kadang suka terdengar suara anak kecil bermain, juga cerita teman yang melihat sosok yang bermain duduk di atas pohon dekat dermaga pada malam hari.

    hmm..
    tapi dari itu semua saya salut sama kawan yang nyusul berangkat sendiri ke pahawang. fyi, kita nginep disana karena lagi praktikum kuliah loh, karena tahun 2006 pulau pahawang ga setenar sekarang, bahkan kegiatan travelling eksplore spot wisata di lampung belom se gencar sekarang.

    btw, majulah wisata lampung... tapi jangan lupa majukan juga daya dukung alamnya supaya terjaga sustainability-nya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, jadi penasaran dengan wajah Pahawang tempo dulu sebelum sehits sekarang. Kadang cerita-cerita mistis itu malah menjadi daya tarik tersendiri buat pengunjung.


      Iya setuju, selain memajukan pariwisata Lampung, sumber daya alamnya juga harus dijaga. Masyarakat harus terus dididik untuk menjadi masyarakat yang sadar perannya sebagai penikmat dan juga penjaga kekayaan alam.

      Hapus
  5. pahawang ....

    Kayaknya indah. Jadi penasaran. Semoga pariwisata Indonesia semakin maju dan semakin banyak orang yang mengenal surga-surga tersembunyi di Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indah banget, Deas. Harus sempat main ke sini kalau ke Lampung ya.

      Hapus
  6. Mbak, mbak... Aku pengen bikin pengakuan: aku belum pernah ke Pahawang. Aku jadi malu. Hiks... :(

    Pengen ke sana tapi gak ada temennya. Mana enak pergi sendirian. Iya kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak papa, Kiiim...tar aku temenin. Kita main air sekalian sunbathing biar eksotis wkwkw...

      Hapus