Jumat, 27 Januari 2017

BOTCHAN (NATSUME SOSEKI)



Natsume Soseki merupakan salah satu penulis terbesar dalam sejarah kesusatraan Jepang. Botchan, merupakan novelnya yang diterbitkan pertama kali di tahun 1906. Novel yang memiliki daya tarik yang besar bagi masyarakat Jepang ini berkisah tentang kehidupan Botchan, seorang pemuda Jepang yang mengajar matematika di sekolah menengah daerah Shikoku. 

Botchan sendiri adalah panggilan sayang dari seorang pembantu bernama Kiyo. Sikap Botchan yang pemberani, blak-blakan, dan tidak terikat pada norma ini membuatnya kesulitan beradaptasi di lingkungan barunya. Para murid menjahilinya (membuat saya teringat pada kenakalan anak-anak asrama di buku Malory Towers karya Enid Blyton), para guru juga tidak bisa menerima secara baik kehadirannya dan bersikap santun hanya sebagai bentuk keterikatan terhadap profesi yang mereka lakoni. 

Seringkali Botchan berada dalam masalah hanya karena ia tidak setuju pada sistem yang ada dalam sekolah tersebut dan ia tidak cukup pandai menyampaikan pendapatnya juga menjaga wibawanya. Dengan konflik yang sederhana, buku ini justru mengajarkan banyak hal. Spontanitas Botchan menentang segala hal yang dianggapnya tidak baik, keberaniannya untuk menolak dan berkata tidak terhadap kekuasaan yang lebih besar, keputusannya untuk mundur dari sebuah sistem yang tidak mampu ia ubah merupakan hal-hal berharga yang sudah sangat jarang ditemui lagi di masa sekarang ini. Ada beberapa kutipan yang saya garis bawahi dari buku ini, yaitu :


"Kalau kau melakukan sesuatu, kaulah si pelaku, kalau kau tidak melakukannya, berarti kau bukan pelaku. Sesederhana itu. Meski membuat kekacauan, setidaknya aku selalu jujur. Jika aku berniat berbohong supaya terbebas dari konsekuensi, sejak awal aku tidak akan bertindak. Kenakalan dan hukuman tidak bisa dipisahkan."(hal. 66)
"Kalau orang jujur tidak bisa menang di dunia ini, siapa lagi yang bisa?" (hal. 72)
"Kata pendidikan tidak hanya berarti memperoleh pengetahuan akademis. Pendidikan juga berarti menanamkan semangat mulia, kejujuran, serta keberanian, lalu menghapuskan kebiasaan licik, usil, serta tidak bertanggung jawab. Hari ketika kita menunda (hukuman) karena mencemaskan reaksi atau takut terjadi keributan adalah hari ketika kita tidak mampu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan itu." (hal. 112) 
"Dari mana pun kau melihatnya, tidak ada yang lebih tidak pasti dari manusia." (hal.137) 
"Koran selalu menceritakan kebohongan. Tidak ada apa pun atau siapa pun di dunia yang bisa melebih-lebihkan, mampu menggambarkan bukit seakan gunung tertinggi selain surat kabar."(hal.195)

7 komentar:

  1. Tann... bagus. Pengin baca jadinya. Bochan sama Malory Towers. Di gramed ada, Tan?
    *tertanda putles calon mantu

    BalasHapus
  2. Tann... bagus. Pengin baca jadinya. Bochan sama Malory Towers. Di gramed ada, Tan?
    *tertanda putles calon mantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada semua kok di Gramed. Tertanda bukan mertuanya PutLes.

      Hapus
  3. aku punya tapi belum baca... katro banget ya aku... *sindrom hoarder*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga hobi nabung buku. Belinya semangat, setahun kemudia baru dibaca ahahaha...

      Hapus
  4. Ah... ini satu-satunya karya Natsume yang pernah aku baca. Aku pun suka sekali. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga belum pernah baca karyanya yg lain, Tan...dan iya, ini aku juga suka banget. Sesederhana senja ya, Tan wkwkwkw....

      Hapus