Jumat, 24 Februari 2017

Membeli Buku Puisi





Flight saya hari ini jam 11 pagi tapi kami sampai di bandara jam 9 hahaha...Cupu banget ya. Datang pagi gini ke bandara bukan tanpa alasan, lho. Saya kan lumayan penuh perhitungan #cieh. Pertama karena saya terawang bahwa kami bakal over baggage. Kedua karena saya mau punya waktu agak banyak untuk santai tanpa terbebani dengan belanjaan kami yang seabrek-abrek. Dan benar saja, bagasi kami kelebihan 7 kg yang membuat kami kena extra charge

Setelah urusan perbagasian selesai, kami segera menuju boarding room. Masih cukup banyak waktu untuk kami beristirahat. Mbak Kristin memilih telponan dan saya memilih melipir ke PERIPLUS. Setelah melihat-lihat beberapa buku, ada dua buku yang akhirnya saya timang-timang sampai dekat ke meja kasir. Saya harus memilih salah satu karena membeli salah satunya saja sudah bisa bikin dompet mendadak kosong sedangkan tujuan saya ke sini untuk menghabiskan waktu, dan menghabiskan waktu serta uang sekaligus rasanya tidak bijak hahaha...

Buku pertama adalah buku tentang....Duh saya lupa beneran karena terlalu keras berusaha ikhlas melepaskan buku senilai setengah juta rupiah itu *nangis*. Buku itu mirip kumpulan lifehacks sepertinya. Tapi dalam versi yang lebih filosofis #halah. Di blurbnya saya baca ada tips apabila kita ragu akan dua pilihan, lempar koin ke udara sambil memikirkan pilihan itu dan saat koin itu jatuh ke bumi, kita akan segera mengetahui pilihan kita. Menarik, kan? Suatu saat harus saya coba.

Buku kedua adalah kumpulan puisi kehidupan. Harganya setengah dari harga buku pertama. Saya memilih buku kedua karena harganya lebih murah saya belum pernah membeli buku puisi. Satu-satunya buku puisi yang saya miliki adalah kumpulan puisinya Wiji Thukul milik Om Taurus (punya Om Taurus berarti punya saya juga yes). Itu juga edisi terbatas karena merupakan bonus dari membeli majalah Tempo edisi khusus Wiji Thukul. Ada dua puisi Wiji Thukul yang saya catat dan ingat-ingat terus karena lumayan menampar. Dua puisi yang saya sukai itu saya posting di sini.

Balik ke buku puisi tadi, inilah penampakannya. Covernya lembut kayak saya dan blurbnya juga memikat hati. Inilah penampakannya.



Di waktu menunggu itu, saya bacanya loncat-loncat (halamannya, bukan sayanya) dan saya menemukan dua buah puisi yang saya suka. Puisinya bikin saya sesak dan menerawang.
MAAAK...

Fotonya buram. 

2 komentar:

  1. periperi terminal 3 mbak? Udah buka ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, itu periplus Adi Tsujipto, Lu. Tapi beberapa hari yang lalu, ke terminal 3 Soeta, periplus kayaknya udah buka, kok.

      Hapus