Minggu, 12 Februari 2017

#Misi21 Day 1 : Mengunjungi Kotabumi

Gambar dari sini

Menurut pemahaman saya, #Misi21 ini harus direncanakan sebagai sebuah #Misi21, bukan hal yang memang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Harus dipilih sebagai #Misi21, bukan hal yang memang sudah seharusnya terjadi. Dari pemahaman asal-asalan itu, saya akhirnya menobatkan perjalanan ke Kotabumi hari ini sebagai #Misi21 karena walaupun ini judulnya kondangan dan undangannya sudah jauh-jauh hari, tapi saya punya pilihan untuk tidak ikut. Karena #Misi21, saya memutuskan ikut. Iya, kan? Bisa, kan? #iyainaja



Jadi, Kotabumi ini merupakan ibukota dari Kabupaten Lampung Utara. Menuju ke sana, saya harus menempuh sekitar 3 jam perjalanan. Melewati 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, Lampung Tengah baru Lampung Utara. Kalau berangkat dari Jakarta, saya sudah bisa sampai Bandung harusnya. Ini bukan pertama kalinya saya ke Kotabumi, dulu saya pernah ke sana saat masih SD yang mana itu adalah beberapa abad yang lalu.

Rencananya kami berangkat jam 6 pagi. Lalu malamnya Om Taurus bilang kalau jam 7 saja. Ya sudah, kami pun berangkat jam 8. #lah. Ada beberapa hal baru yang menarik dari perjalanan tadi, yaitu: 

1. Ini pertama kalinya saya makan Soto Lamongan Lubaba yang terkenal itu. Karena bingung mencari tempat sarapan, kami pun mampir ke sini. Soto ini lokasinya persis di depan Bandara Radin Intan II, Kabupaten Lampung Selatan (Jangan tanya Radin Intan I nya mana ya?). Sotonya lumayan enak, isinya lengkap mulai dari bihun, kol, telur rebus, potongan ayam kampung atau tidak kampung (boleh milih), dan taburan koya. Tinggal ditambah kecap dan sambal sesuai selera. Meskipun lumayan enak, tapi bagi saya tidak istimewa karena saya sudah pernah mencoba soto lamongan lain yang juga enak. Soto Lamongan di Jalan Gajah Mada salah satunya. Kelebihan Soto Lamongan Lubaba ini menurut saya adalah koyanya yang melimpah dan porsinya yang besar. Tidak perlu pakai nasi juga pasti kenyang. Kalau saya sih pakai :))) Soto ini dibanderol dengan harga sekitar 20ribuan kalau nggak salah. 
Gambar dari sini 

2. Ini pertama kalinya saya menjadi saksi mata tabrak lari. Itu terjadi saat sebuah mobil di depan kendaraan kami hendak menyalip mobil di depannya. Dari arah berlawanan, muncul motor yang dikendarai laki-laki tanpa helm. Lalu BRAK! Saya hanya menjerit lalu menutup mata. Sementara Om Taurus memperlambat laju kendaraan. Mobil yang menabrak itu berhenti sebentar dan tidak lama kemudian, secara tiba-tiba memacu kembali mobilnya dengan kecepatan tinggi. Orang-orang mulai berlarian. Untung saja pengendara motor itu sepertinya hanya luka ringan. Dan itu mobil plat merah, btw. Gara-gara kejadian ini, Zahir berkali-kali mengulang kalimat, "Mobil tadi abis nabrak langsung lari artinya tidak bertanggung jawab ya, Mah? Disilang sama polisi dan malaikat ya, Mah?" Saya pun menjawab, "Iya, abis main dan mainannya tidak diberesin juga tidak bertanggung jawab, lho, Zai. Disilang sama Mama." Dia cuma mesem-mesem. 😝

3. Ini pertama kalinya saya mencoba sop tulang sumsum. Saat pagi-pagi tadi melewati daerah Bandar Jaya Lampung Tengah, saya dan Om Taurus melihat banyak tempat makan dengan aura enak. Salah satunya spanduk besar dengan tulisan menjual sop tulang sumsum. "Medium 35.000. Jumbo 55.000" kata spanduk tersebut. Spanduk itu dipasang tepat di depan RM Kampung Nelayan (kiri jalan kalau dari Bandar Lampung). Kami berdua pun tertarik dan sepakat untuk mencobanya di perjalanan pulang. Jadi, di tempat acara resepsi, kami memilih untuk tidak makan #niatbanget. 
Ini penampakan Kampung Nelayan yang tidak di dekat laut.
Sumber gambar dari sini



Pulangnya, sesuai rencana, kami mampir di sana. Porsi medium habis, jadi adanya versi jumbo. Okelah. Saat makanan tiba, terbukti mereka serius soal kata jumbo. Kami diberi pipet untuk menyedot sumsum lembut di dalamnya. Sumsum itu disedot dengan cara memasukkan kuah ke dalam lubang tulang agar kuah dan sumsum menyatu sehingga lebih mudah disedot. Rasa sopnya standar, masih lebih enak sop buatan mama, ibu saya, atau Yuk Jum. Sumsumnya? Hoo...jadi gitu rasanya sumsum. Saya tidak terlalu excited sih. Seperti makan lendir. Eh, menyedot lendir. Hahahaha...Om Taurus sih suka. Tapi tetap, kami sepakat lagi kalau rasanya tidak sesuai ekspektasi. Mungkin karena ini menu baru (saking barunya sampai saya nggak bisa menemukan gambar sop tulang sumsum Kampung Nelayan di google) dan mereka lebih fokus ke menu makanan laut (yang tidak kami coba sama sekali). Oiya, di sekitar Kampung Nelayan juga sepertinya masih banyak tempat makan yang enak. Mungkin kami akan ke sana lagi kalau ada kondangan kapan - kapan. Jauhnya ituh....:(((( Apalagi jalan di Bandar Jaya jelek. Lubang dan genangan di mana-mana. Bertambah parah karena seharian tadi hujan turun. Hampir tidak ada mobil bersih yang berpapasan dengan kami. Semuanya kayak abis offroad. Padahal itu pusat keramaian. Gimana yang di pelosok-pelosok? Syedih...


Kurang lebih begini penampakannya,
namun dengan versi yang lebih jumbo.
Sumber gambar dari sini



By the way, saya tidak punya dokumentasi pribadi apa pun hari ini. Sibuk hemat baterai karena perjalanan lumayan jauh. Jadi foto-foto yang bertebaran di sini adalah hasil nyomot sana-sini dengan mencantumkan sumber gambar tentunya.


Nah, hari pertama di #Misi21 saya selesai dengan bahagia. Sarapan di Lampung Selatan, kondangan di Lampung Utara, makan siang di Lampung Tengah.  Hahaha...Kesimpulannya, perjalanan ke tempat baru, akan membawa serta hal-hal baru lainnya. New places, new faces and there's always something new to learn.  😊

11 komentar:

  1. Saya ngakak nih baca masalah di silang pak polisi... Saya kira salah ketik loh mbak... Hahaha. Saya juga kadang gitu, kalo anak tau hal lain yang masuk gak bertanggung jawab, saya hubungkan sama kebiasaan dia gak mau beresin mainan hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...itu beneran silang, Mbak. Bukan tilang. Dia yang ciptain istilah sendiri. Permasalahan anak-anak ternyata sama ya, males beresin mainan :))

      Hapus
  2. Haii.. bisa juga lo mampir bentar ke blog saya. renitaekka.wordpress.com Terimakasih :)

    BalasHapus
  3. Hal2 baru kan bisa jd kombinasi beberapa hal, misalnya yg saya lakukan hari jumat kmaren ah ntar aja deh saya posting aja #lah haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak sabar nunggu postingannya yang katanya masih dicatetin di notes itu hehehe...

      Hapus
  4. jadi mbak, di tempat yang sekarang bakso sony di depan chamart di perum itu, kurang panjang ini keterangannya, hahahaha, balik lagi...

    jadi mbak, di tempat yang sekarang jadi bakso sony yang di depan chandramart yang pas belokan masuk perum lewat bawah itu, tadinya jual sop buntut model itu loh, seinget aku enak sih, tapi mungkin kemudian ngga laku, dan jadi seperti sekarang ini deh....

    wah, kalau kotabumi mah jajannya harus nanya pak Miswa, jajahan dia itu mah... :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, serius Lu? Kok aku merasa gagal sebagai orang kemiling karena nggak tau tempat itu? Padahal aku dari lahir di kemiling ahahahaha...


      Aku gak sempet jajan di kotabumi, sokbesok tanya miswa kamu ya klo ke sana lagi :p

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  5. Kok aku masih kesal sama si mobil yang langsung pergi begitu saja itu, ya... hrrrhh. *salahfokus

    Btw, sotonya membuat saya ngileeeer T.T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Tan. Dari semua perjalanan itu, bagian itu yang paling menyesakkan. :(((

      Sotonya emang enak, Tan. Sini ke Lampung :))))

      Hapus