Kamis, 09 Februari 2017

Tentang Menjelaskan dengan Cara yang Sederhana


Gambar dari sini

Saya jadi ikut-ikutan teman-teman saya yang menulis judul berawalan kata 'Tentang'. Ternyata menulis judul dan mengawalinya dengan kata 'Tentang' lumayan memudahkan saya. Karena kata 'Tentang' seolah bertanya dengan baik-baik mengenai isi tulisan saya, tidak memaksa kening saya berkerut-kerut menerjemahkan keseluruhan isi tulisan dalam satu kalimat bernama Judul. Jadi ini adalah tulisan pertama saya yang menggunakan kata 'Tentang' sebagai judul. 

Saya sedang membaca buku berjudul Air Frame Petaka di Angkasa, karya Michael Crichton. Buku ini lumayan lama tidak tersentuh karena saya merasa buku ini akan membosankan. Tentang kecelakaan pesawat. Penyelidikan penyebab kecelakaan yang tentu akan melibatkan instrumen-instrumen rumit, istilah-istilah sulit, dan juga penyelidikan yang berbelit-belit. Tentu tidak akan menyenangkan membaca sebuah buku yang penuh dengan istilah-istilah yang tidak kita pahami dan jarang kita dengar. Tapi benar kata pepatah lama, don't judge a book by it's cover. Saat stok buku di kamar habis, dan saya malas pergi ke kamar sebelah yang sekarang beralih fungsi sebagai tempat tumpukan buku belum dibaca, hanya ada buku Crichton ini, saya pun membuka bungkusnya dan mulai membaca.

Penuh dengan istilah rumit. Benar. Saya tidak salah soal ini. CVR, DFDR, QAR, NVM, QAR, rotable, FSR, AEP, JAA, sensor hampiran, kode avionika, pedestal, dan istilah-istilah dalam dunia penerbangan lainnya. Penyelidikan yang berbelit-belit. Saya juga benar soal ini. Penyelidikan kecelakaan pesawat ini hanya diberi waktu satu minggu dan penuh tekanan. Tapi membosankan? Setelah membaca hampir setengah dari jumlah halaman buku ini, saya sama sekali tidak merasa bosan. Kenapa? Karena bagi saya penulisnya sangat pintar. Dihadirkannya seorang tokoh bernama Bob Richman sebagai orang yang awam mengenai dunia penerbangan. Pertanyaan-pertanyaan Richman yang sederhana adalah pertanyaan-pertanyaan saya. Richman mewakili saya dan orang kebanyakan. Lalu kenapa penulis sangat pintar? Karena dia berhasil menjelaskan hal yang sangat rumit dengan bahasa yang sederhana. Jika penjelasannya tidak berhasil diterima, ia akan menganalogikan jawabannya ke peristiwa sehari-hari yang sering ditemui sehingga jawabannya benar-benar bisa dipahami. 

"It doesn't matter who the messenger is, did you get the message?"
-Eddie Griffin
Btw, ini saya tidak sedang mereview buku sih. Karena buku ini belum selesai saya baca. Tapi belajar dari penulis buku ini, saya mencoba memahami bahwa yang diharapkan dari sebuah kegiatan atau aksi apa pun adalah tercapainya tujuan. Begitu juga dengan sebuah penjelasan. Tujuannya adalah sebuah pemahaman. Dijelaskan dengan bahasa yang formal atau non-formal, bahasa resmi atau tidak resmi, istilah asing atau istilah awam, tujuannya tetap sama yaitu sebuah pemahaman. Lalu lagi, saya teringat dengan istilah 'pamer ilmu' yang pernah saya baca di sebuah artikel. Banyak penulis⇿ terjebak dengan ini, tulisannya tidak lagi ditujukan untuk memberi pencerahan namun untuk menunjukkan siapa penulisnya, latar belakangnya, dan keilmuan yang ia miliki. Dengan begitu, bukankah semakin sedikit hati yang bisa ia sentuh melalui tulisannya? 

Penjelasan yang berbelit-belit dengan bahasa yang rumit pun banyak saya temui di kehidupan sehari-hari. Menjelaskan tentang hirarki dan kebijakan kepada masyarakat yang tidak paham soal itu, yang hanya butuh tahu kapan masalahnya bisa diselesaikan, yang hanya butuh tahu apa lagi yang harus dia lakukan, tentu tidak pas. Menjelaskan tentang stock opname dan repeat order kepada pelanggan yang tidak nyaman, yang hanya butuh tahu kenapa toko berantakan, kenapa barang pesanannya tidak kunjung datang pun tidak pas. Menjelaskan bahwa rotor yang meledak bukanlah kesalahan pembuat pesawat kepada orang yang panik dan terus berteriak bahwa pesawatnya meledak, juga tidak pas. (Soal penjelasan soal rotor, saya dapat di buku Crichton ini). Jadi, tentu saja sangat penting untuk menguasai sesuatu secara detail dan mendalam, tapi tentu lebih penting lagi untuk bisa menjelaskan dengan cara yang sangat mudah dipahami, karena penjelasan, semanis apa pun ia dikemas, tidak akan ada gunanya jika tidak memberi sebuah pemahaman malah kesalahpahaman. 

Jadi, selamat pagi menjelang makan siang dan selamat beraktivitas 👌


14 komentar:

  1. Ih bener bingit... The most difficult question selama kerja di BPS adalah saya berkali2 disuruh menjelaskan inflasi itu apa, hahahaha, ngga ngerti blas! Tapi saya masih punya pembelaan sih, saya kan bukan orang teknis, hahaha.

    Biasanya, yang diberi pemahaman juga ngaruh sih, muter muter ngasi penjelasan sederhana pun, tau2 ngertinya kalo sampe bab contoh... 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, itu, seringkali saya baru bisa memahami sesuatu kalau ada contoh konkritnya..

      Hapus
    2. Lah, aku baru ngerti istilah offside di sepakbola malah setelah kerja. Karena baru ketemu orang yang bisa menjelaskannya pas udah kerja ahahaha...

      Saya juga tipe orang yang baru bisa paham, biasanya setelah bab contoh, Mas..*toss

      Hapus
  2. ya bagaimana mentransfer pemahaman kita ke orang lain, itu seringkali menjadi bagian tersulit saat saya menuliskan sesuatu, hal itu pula yang membuat revisi saya jd banyak #sempet2nyacurcol :))

    saya jd teringat pula pada suatu masa, saya ngasi saran pada seorang profesor utk membuat beberapa tulisannya dalam versi bahasa yang agak ringan agar bisa dipahami banyak orang, eh yang ada beliau terkesan sebal dengan saya, padahal kan niat saya ingin membantu menerjemahkan tulisan beliau dalam bahasa yang agak2 ngepop lah gitu, weh cara komunikasi saya memang bermasalah ternyata hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, padahal mungkin kalau diterjemahkan dengan bahasa yang lebih ngepop, mudah dipahami, makin banyak orang yang akan mendapat pencerahan ya, Mas..hehehe

      Hapus
    2. lha iya maksud saya tuh begitu, eh sepertinya beliau sedikit tersinggung, malah menganggap saya berpikir tulisan beliau terlalu sederhana & tak melalui pemikiran panjang & analisis mendalam, padahal kan maksud saya nganu..ahsudahlah pak.. :(

      Hapus
  3. Setujuuuu...banget. Apalagi dalam cerita fiksi, ngk tau kenapa suka ilfil duluan kalau nemu yg rumit2. *eh, itu mah males mikir ya? 🙈 Kalau aku pribadi, kadang kalau menjelaskannya dgn berbelit2 itu biasanya karena akunya belom paham, tan... Nah jadi deh mbulet ceritanya. 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi Tan Sis ini salah satu orang yang bisa menerjemahkan bahasa-bahasa di dunia kedokteran dengan bahasa yang lebih manusiawi ahahaha...

      Hapus
  4. aku termasuk jarang banget baca terjemahan ato karya luar, tapi akhir-akhir ini lagi nyoba, berusaha suka, sampe suka beneran pas udah baca beberapa. ini kayaknya bikin kepo, tan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku akhir-akhir ini bacanya malah terjemahan melulu, Piah dan buku yang aku ceritain di atas itu emang menarik, sih walaupun belum selesai juga *pembaca lambat* :))))

      Hapus
  5. Kadang kalo buku terjemahaan entah kenapa kok ada aja yang kurang pas... walau nggak semua tentunya. Dan tentang memberi penjelasan yang g rumit tapi bisa dapet intinya itu, aku rasa seperti tantangan menjelaskan ke anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Aku kalau terjemahannya kurang pas juga suka males bacanya. Tapi kalau buku-buku terjemahan bentang pustaka, aku suka sih.

      Nah, iya. Kalau kita sudah paham betul, pasti kita bisa menjelaskan ke anak kecil dengan bahasa yang sederhana. Itu aja indikatornya hehehe...

      Hapus
  6. Penjelasan rumit atau sederhana tergantung lawan bicara, dan siapa yg bicara juga sih ya. kalo yg menyederhanakannya seorang ahli di bidangnya, udah jelas dia paham bgt apa yg diomongin. tp kalo yg jelasin sederhana saya, ya udah jelas, yg saya baca cuma bab kesimpulan. wahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tan Sis itu salah satu orang yang paham di bidangnyatapi bisa menjelaskan dengan bahasa yang sederhana. Kalau aku yang jelasin dengan bahasa sederhana itu biasanya karena kosakatanya emang terbatas ahahaha...

      Hapus