Satu-satunya buku puisi yang saya miliki adalah kumpulan puisinya Wiji Thukul milik Om Taurus (punya Om Taurus berarti punya saya juga yes). Itu juga edisi terbatas karena merupakan bonus dari membeli majalah Tempo edisi khusus Wiji Thukul. Ada dua puisi Wiji Thukul yang saya catat dan ingat-ingat terus karena lumayan menampar. Dua puisi Wiji Thukul ini berjudul Meditasi Membaca Buku dan Catatan.
Buku membuat aku jadi pribadi sendiri
Aku terpisah dari orang-orang
Yang bekerja membangun dunia
Dengan pukul palu peluh dan tenaga
Aku merasa lebih mulia
Karena memiliki pengetahuan dan mampu membeli
Aku merasa plus dan tak rendah diri
Lebih dari yang lain
Biarpun tak menindakkan apa-apa
Aku bisa membuat alasan
Aku jadi lebih pintar berargumentasi
Dan diskusi panjang lebar
Biarpun tidak menindakkan apa-apa
Aku kenal penyair-penyair besar
Dan merasa lebih berarti
Aku mengangguk-angguk saja ngantuk
Mengagumi orang-orang besar
Pikiranku meloncat-loncat
Mencekal rumus-rumus
Dengan kepercayaan yang tulus
Lalu merasa lain dari yang kemarin
Dan lebih ilmiah
Biarpun tidak menindakkan apa-apa
Dan tak berani menolak printah
Apalagi membangkang si pemerintah
Yang tak berakal sehat
Aku mengangguk-angguk saja ngantuk
Mengagumi orang-orang besar
Pikiranku meloncat-loncat
Mencekal rumus-rumus
Dengan kepercayaan yang tulus
Lalu merasa lain dari yang kemarin
Dan lebih ilmiah
Biarpun tidak menindakkan apa-apa
Dan tak berani menolak printah
Apalagi membangkang si pemerintah
Yang tak berakal sehat
Buku membuat tanganku tak kotor
Aku merasa takut kotor
Dan disebut tukang
Biarpun aku ini sama saja
Dengan kalian yang bekerja
Aku merasa takut kotor
Dan disebut tukang
Biarpun aku ini sama saja
Dengan kalian yang bekerja
Menggali jalan-jalan untuk telephone
Yang bekerja dengan pukul palu peluh dan tenaga
Mendirikan gedung-gedung bagus dan kantor negara
Buku-buku mendudukkan aku
ditempat yang tak boleh diganggu
Saudara-saudara bangunkan aku! (sorogenen, 14 maret 1988)
Catatan
lagi kau tangkap aku
Yang bekerja dengan pukul palu peluh dan tenaga
Mendirikan gedung-gedung bagus dan kantor negara
Buku-buku mendudukkan aku
ditempat yang tak boleh diganggu
Saudara-saudara bangunkan aku! (sorogenen, 14 maret 1988)
Catatan
lagi kau tangkap aku
kucatat
lagi kau puntir tanganku
lagi kau puntir tanganku
kucatat
lagi kau rotan tempurung kepalaku
lagi kau rotan tempurung kepalaku
kucatat
lakukan sampai aku berludah darah
lakukan sampai aku berludah darah
biar terkumpul bukti
lakukan di depan orang ramai
lakukan di depan orang ramai
tunjukkan kepada mereka pistol dan pentungan kalian
biar mereka lihat sendiri
lagi kau aniaya aku
lagi kau aniaya aku
kucatat
tubuhku adalah bukti
tubuhku adalah bukti
ketika kau pukul berkali-kali
orang ramai melihat sendiri
kucatat
kucatat
aku terus mencatat (6 Mei 1995- kampung kalangan solo)
Kenapa saya menyukai dua puisi ini? Puisi pertama adalah puisi yang cukup menampar pembaca buku seperti saya. Saya mencatat puisi ini sebagai pengingat bahwa sebanyak apa pun buku yang saya baca, sedalam apa pun ilmu yang saya punya, tidak akan punya manfaat apa-apa jika tidak membawa saya ke dalam tindakan-tindakan yang memberi manfaat kebaikan bagi orang lain. Sedangkan puisi kedua, adalah puisi yang saya catat karena semangatnya yang membakar. Puisi itu menjadi pengingat saya bahwa apa pun yang terjadi, tulis! Catat! Karena ingatan bisa hilang, tapi tulisan akan abadi bila terus dibaca orang. Apalagi jika terus disebarkan.
Puisi pertama itu membuat saya merasa bodoh 😓
BalasHapusPuisi kedua mengingatkan saya pd slah satu idola saya yg blm pernah ketemu, padahal orangnya di Jogja-: Bob Sick
Oh iya judule kurang huruf i
HapusSudah aku ganti, Mas. Matur nuwun, nggih...
HapusBob Sick? Kenapa mengingatkan ke dia? *venasarandh*
HapusKarena saya kagum dgn jalan hidupnya yg pemberani & keren itu
HapusOhiya jalan hidupnya ya seperti puisi kedua itu, pernah dihajar aparat keparat sampai nyaris mati 😓
HapusKayaknya saya harus cari tahu karena menarik..atau kamu tulis, Mas hehehe
HapusKisah hidup Bob Sick & sahabat2nya bisa didonlot di sana mb, gratis http://kbea.co/2016/01/unduh-gratis-menanam-padi-di-langit/
HapusPuisi pertama itu mau aku simpan juga, ya, tan... buat mengingatkan.
BalasHapusBuat yang kedua, ayo semangat! :)
Iya, Tan. Aku juga simpan puisi itu buat mengingatkan :)
Hapus