Kamis, 24 Mei 2018

Tentang Memfollow Instagram Awkarin


Gambar dari sini

Waaaaw! Duh, saya lagi sering banget ngomong "Waaaaw" gara-gara Lulu. Lho, kok gara-gara Lulu? Jadi ceritanya di suatu sore yang tidak romantis bulan Agustus tahun lalu, saya, Kimi dan Lulu ngemil-ngemil cantik di Corner Cafe. Cafe yang saya kurang tahu pasti juga kenapa dinamakan corner karena letaknya yang juga tidak corner-corner amat itu menjadi saksi bisu obrolan kami bertiga. Mulai dari obrolan tentang social climber, relationship, selebtwit, blogger, teman lama, hingga birokrasi bisa kami bahas sambil ngakak dan ngemil salad sayur pesanan Lulu yang porsinya segambreng. 


Bagi saya pribadi, ngobrol bareng mereka adalah vitamin. Menyehatkan. Buktinya gara-gara satu kalimat Lulu yang bilang, 
"Kalau aku tuh, influencer, cukup follow Awkarin aja karena dia tuh sumbernya semua kelakuan anak muda." 
Intinya, Lulu mau bilang kalau kamu mau tahu trend terbaru, lihat aja instagram Awkarin. Atau kalau kamu mau tahu gaya pacaran anak zaman sekarang, cukup lihat dia. Lulu yang anak psikolog ini bukan tanpa alasan memfollow Awkarin, Lulu melihat itulah salah satu cara untuk membentengi anak perempuannya dari konten negatif perilaku para selebgram yang seringnya jadi kiblat bagi anak muda zaman now. Mirip kata-katanya Sun Tzu, 

"Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran" 

Waaaaw. Kalimat Lulu cukup mengubah sudut pandang saya soal Awkarin. Selama ini saya selalu berpikir kalau tidak perlu memberi panggung untuk orang-orang yang jelas-jelas memberi negative impact bagi perilaku remaja. Nyatanya, pilihan busananya, cara berpacarannya, gaya hidup bebasnya,  dan kalimat-kalimatnya adalah kekuatan seorang Awkarin yang tahu betul bahwa netizen itu selalu benar sehingga semakin salah seorang Awkarin semakin banyak mata yang tertuju padanya. Dan semakin tebal pundi-pundi rupiahnya. Dan semakin mirip jahit jelujur instastorynya. Setelah mempertimbangkan kalimat Lulu selama 6 bulan (Fyi, saya baru follow Awkarin sekitar dua bulan yang lalu) Eh, bukan karena lama mempertimbangkan sih, tapi karena baru inget omongan Lulu aja 😂Hahaha. Dan gara - gara Awkarin yang sering ngomong "Waaaaw" saya pun jadi ketularan 😜

Setelah beberapa lama ini follow Awkarin lalu apa yang berubah? Yang pasti saya yang emak-emak ini nggak mungkin ikutan-ikutan gaya hidupnya atau gaya pacarannya #yaiyalah. Tapi saya jadi mulai melihat ada hal-hal positif yang bisa dipetik dari seorang Awkarin. Apa tuh? Mentalnya gaeees. Saya seumuran dia, dibilangin pilih-pilih teman aja bisa baper sampai lebaran. Lah, dia seIndonesia Raya yang menghujatnya tapi tetap bisa terus produktif bermanfaat paling tidak untuk orang-orang di sekitarnya. Oiya satu lagi, dia jatuh lalu belajar. Bukan tipikal orang yang salah berkali-kali lalu dibenci. Dia tipikal orang yang berani mencoba, tidak takut salah, dan saat salah dia belajar. Kalau pun akhirnya salah lagi, paling tidak bukan kesalahan yang sama hahaha...

Anyway, masa muda itu sulit, kan? Hormon salah satu tersangkanya. Keinginan untuk dipuja, membuktikan sesuatu, meraih sesuatu, tidak mau disepelekan, bullying, sexual abuse, pengakuan akan daya tarik seksual, intrik pertemanan, keluarga, dll bertubi-tubi dikirim dalam satu periode masa muda. Jadi, jika seorang Awkarin bisa melalui semuanya dengan belajar, saya super yakin kalau nantinya Awkarin akan menjadi emak-emak yang lebih bijak dari emak-emak netizen yang punya cukup banyak waktu luang untuk mengetik hate speech di kolom komentar akun gosip. Mari kita aminkan.



*penulis bukan fans Awkarin.

8 komentar:

  1. Wah, sudah ada disclaimer bukan fans Awkarin. Padahal aku baru bau komen "menangkap ada nada kagum terhadap Awkarin di tulisan ini". Haha.

    Well anyway, aku sih tetap gimana gitu ya sama dia. Mental bagus, oke deh. Tapi masih ada orang lain yang bisa dijadikan contoh untuk "Wah, beliau ini mentalnya bagus banget".

    Aku menyayangkan sih dia harus membikin pencitraan seperti itu dengan segala potensi yang dia punya. Dia bisa membangun pencitraan yang lebih baik. Dia bertanggung jawab terhadap followers-nya yang jutaan itu, yang bisa jadi di antara mereka ada yang fans berat dengan Awkarin dan ingin mengikuti jejak Awkarin. Tapi ya terserah orangnya juga sih. Heuheu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, untung udah bilang duluan kalau bukan fansnya fyiuuuh...iya aku setuju kok kalau dia bertanggung jawab sama jutaan followersnya. Aku cuma melihat dia dr sisi yang beda aja setelah memfollownya hahaha. Gak cuma liat sisi negatifnya, ada sisi2 lain yang bikin aku menilai, "wah, oke juga nih kreativitasnya" atau "wah,gila ya mentalnya" hahaha

      Oiya, udah hampir setahun gak ketemuan nih. Jadi kapan? #wacanasepanjangmasa

      Hapus
    2. Tenang, kamu pasti diajak, kok hahaha

      Hapus
  2. Exactly what i thought ya ibuuuukkk...
    Bahkan senegatif2 awkawk, dia tu cepet bgt bangkitnya! Edan! Mental kayak apa lah itu....

    Sedangkan kalo kita liat yg positip2 aja jalan mental nya, bagus sih, tp tp kurang greget... Hahahaha.. seenggaknya, di awkawk itu menghujat iya yg muji juga iya...
    Tp Teuteup, untuk kontrol perilaku jaman now yg kadang kita geleng2 itu perlu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaw, aku baru baca komentar ini dongs. Terima kasih atas sudah menginspirasi untuk follow awkw, Lu hahaha

      Hapus
  3. ya ampuuun, kanget banget sih baca tulisan-tulisan di blog ini. Untung sore ini aku gabut dan buka2, ternyata ada juga yang belum aku baca dari tahun lalu. wkwkwk. Soal awkarin, aku yo mbatin ngunu tan, keknya dia mentalnya luar biasa baja, padahal di usia segitu kan biasanya pingin conform aja gitu, klo dihujat rasanya dunia runtuh. Eh dia mah kaga dong... ckckck.

    btw, aku menunggu post2 tentang Inar tan... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku mah ditegur guru aja langsung galau, Tan. Lah, ini dihujat seendonesia raya tapi tetep selo hidupnya. Btw, aku mulai posting-posting lagi, dongs. Efek begadangan terus...:p

      Hapus